RSS

Wisata Kuliner di Kota Serang

Jika anda berjalan melewati Ciwaru-Serang, penglihatan anda akan dijejali dengan banyaknya motor yang diparkir di depan sebuah kedai, terutama dari siang sampai sore bahkan malam. Kedai tersebut memang tidak menyajikan kuliner seperti biasa ditemui dimanapun, karena sajiannya berupa ragam minuman dan teristimewa minuman berbahan baku durian. Ya, itulah kedai Sop Duren yang sudah amat dikenal masyarakat Serang. Kedai tersebut dimiliki oleh seorang pecinta kuliner, dialah Tubagus Latif Haris atau yang biasa di panggil Latif yang mampu menyajikan durian dalam bentuk minuman. Dia menamakan usahanya  ”Kedai Sop Duren”. Kini ia sedang menikmati manisnya buah usaha tanpa pemanis buatan.



Berawal dari kesukaan istrinya mengkonsumsi buah durian dan keinginan orang tua agar anak-anaknya berdagang, Latif memulai usahanya di bidang kuliner. Dengan modal awal hanya sebuah etalase aluminimum tinggalan ibunya dan uang 150 ribu rupiah, Latif pun berjualan Es Jus strawberry, yang pada waktu itu dimaksudkan untuk memanfaatkan buah strawberry sisa distribusi.
                Usaha yang berlokasi di Jl Ciwaru Raya, Sumur Pecung itu berlanjut, di tahun 2006, ia meningkatkan usahanya dengan menyediakan menu sop buah, alhasil, sambutan pelangganpun baik. Di periode ini, usahanya sudah menghasilkan omzet sampai 75 rb per hari.
                Pada 2007, ia kemudian mengenalkan menu Es Durian yang kemudian menjadi Sop Duren seperti yang kita kenal hari ini. Di pilihnya Durian sebagai bahan baku, dikarenakan ia ingin mengangkat Durian sebagai ikon buah khas Banten, merujuk pada cerita orangtua. Seperti halnya duren si Radio atau pun si Potret yang melegenda. Selain itu, ia menilai, masyarakat baru sebatas mengkonsumsi durian secara langsung, belum sampai pada pengolahan durian dalam bentuk atau varian lain. Sop duren ini terbuat dari daging buah duren atau durian yang kemudian diberi tambahan air gula dan es batu. Setelah itu ditambah dengan parutan keju dan susu kental manis sebagai topping di bagian atasnya. Rasanya sangat menyegarkan. Apalagi daging durian itu yang sangat legit. Semakin membuat lidah tidak Ingin berhenti mengecapnya.
Sop durian ini mungkin bisa dibilang mirip dengan es duren yang sudah ada di beberapa kota, seperti Jakarta dan Bandung. Yang membedakan, kalau es durian masih menyertakan bijinya didalam es. sedangkan sop durian hanya daging buahnya.
                Di lokasi seluas 400 m2 itulah, ia meracik dan menawarkan cara baru mengkonsumsi durian dalam bentuk sop pada para pelanggannya. Lagi-lagi, eksplorasi bahan baku durian tersebut ditanggap baik, bahkan mampu mendongkrak omzet usahanya. Setidaknya terhitung sejak tahun 2009-2011, dari usahanya itu, kedai sop duren menghasilkan omzet sampai dengan 8 sampai 10 juta per hari.
Prestasi itu sejalan dengan komitmen Latif beserta istrinya untuk terus melakukan inovasi dalam pengembangan usahanya. Keuntungan yang didapatkan memungkinkan Latif mengembang-luaskan usahanya, seperti saat ini, ia sudah memiliki 20 pegawai yang digaji sesuai aturan pemerintah. Perluasan tempat usaha pun sedang dilakukan, sehingga nantinya para pelanggan akan bisa dengan nyaman dan aman menikmati sop duren. Selain itu, Latif juga sudah membuka cabang di Cianjur, dan direncanakan ke depannya ia akan membuka cabang di seluruh kab/kota di Banten dan Pantura.

Rahasianya terletak di Kualitas

                Dalam memajukan usaha, tentunya harus ditopang beberapa faktor, salah satunya adalah kualitas bahan atau pun layanan. Ternyata, hal itu juga dijadikan faktor utama oleh suami Kathrina Indarti ini. Dalam melayani pelanggan, ia tidak mau mengecewakan dari penyajian ataupun rasa. Oleh karenanya, ia selalu menjaga kualitas bahan baku durian yang dipakai. Penyajiannya pun mesti sesuai dengan takaran. Per saji, sebanyak 1 ons daging durian pakai habis.
                Soal rasa, lelaki kelahiran 1978 ini menerapkan kadar “breaks” atau standar manis bahan baku, sehingga rasanya pas di lidah. Ia juga tidak pernah memakai pemanis buatan, melainkan memakai gula yang bebas pengawet atau pun pewarna. Durian yang dipakai pun merupakan durian pilihan terbaik dari lokal atau pun impor. Sejatinya, Latif lebih memilih durian lokal sebagai bahan baku, hanya saja, sampai saat ini, belum bisa memenuhi kebutuhan produksi sebesar 150 kg per hari. Meskipun ada, jumlahnya sangat terbatas. Oleh karenanya, ia juga memakai durian impor dari malaysia dan thailand.
Dalam menyiasati kekurangan bahan baku durian yang musiman, tahun ini, Latif sedang membangun rumah produksi di wilayah kp. kedinding, di tempat itulah nantinya, persediaan dan pengolahan bahan baku dilakukan. [ ]

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar